Ada pebisnis muda yg marah-marah dengan isu resesi global yang menyeruak menjelang KTT G20 bulan depan di Bali.
“Gak usah takut. Setiap ada Crisis kan ada orang kaya baru.” katanya.
Sepertinya dia kurang paham bedanya resesi dan krisis. Pernyataan di atas kondisi krisis. Sedangkan Resesi adalah di mana kondisi ekonomi negara sedang memburuk. Hal itu terlihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) negative, pengangguran meningkat, hingga pertumbuhan ekonomi riil negatif selama dua kuartal berturut-turut. Resesi terjadi saat aktivitas ekonomi mengalami penurunan yang signifikan dalam waktu stagnan dan lama, mulai dari berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Keadaan itu terus menimbulkan dampak dalam kehidupan masyarakat.
Pada umumnya, resesi terjadi saat ekonomi di suatu negara tumbuh negatif pada dua kuartal beruntun. Seperti kita ketahui, pada tahun 2020 lalu dunia mengalami resesi akibat terjadinya pandemic Covid-19. Sehingga menyebabkan berkurangnya beberapa lapangan pekerjaan serta tidak sedikit pegawai yang terkena PHK atau di rumahkan.
Semakin parah semua orang menahan uang tunai dan bahkan menarik uang tabungan di Bank dan bisa menyebabkan bank colaps. Bisnis berpotensi bangkrut saat terjadi resesi. Ketika terjadi resesi, daya beli masyarakat menurun dan pendapatan perusahaan akan semakin kecil. Kondisi ini yang akan mengancam kelancaran arus kas. Perang harga lantas menjadi opsi perusahaan agar terhindar dari kebangkrutan. Namun, Langkah ini membuat keuntungan akan menurun dan harus melakukan efisiensi untuk menambalnya.
Menuju tahun 2023 yang katanya akan terjadi Resesi Global Ekonomi, kita wajib membuat langkah langkah persiapan untuk bertahan atau Exit. Exit sebagian seperti mengundang investor atau IPO bertujuan berbagi resiko atau Exit total keluar dari kategori bisnis yang sekarang.
Bagi saya persoalan bisnis tidak bakal selesai dengan marah-marah. Yuk kita buka selebar lebarnya pemahaman tentang Resesi dan Crisis agar teman teman UKM bisa survive melewati tahun 2023.
Oleh: Subiakto